Sikap eksklusif dan tertutup, baik dalam hubungan intern umat beragama maupun hubungan antarumat beragama dapat mengganggu kerukunan hidup beragama. Sikap semacam ini cenderung menganggap kelompok sendiri yang paling benar.
Hal itu diungkapkan Kakanwil Kementerian Agama Provinsi Bali Drs. IGAK Suthayasa, M.Si. di sela-sela persiapan seminar kerukunan umat beragama, Selasa (9/8) ini. Seminar tersebut menghadirkan pembicara Drs. IGAK Suthayasa, M.Si. dengan topik Kebijakan Kementerian Agama dalam Membina Kerukunan, Prof. Dr. P. Windia (Resolusi konflik, model dan strategi), Drs. I Gede Jaya, M.Si. (Pemetaan Konflik), Drs. Ida Bagus Gede Wiyana (Mengelola Konflik Membangun Damai), Raka Santri, M.Ag. (Agama dalam Bingkai Konflik) dan Jero Gede Suwena, S.H. (Konflik dan Pendekatan), dengan moderator I Nyoman Arya, S.Ag., M.Pd.H.
Kasubag Hukmas dan KUB Kanwil Kementerian Agama Prov. Bali I Nyoman Arya, S.Ag. M.Pd.H. menyatakan, seminar ini rutin dilaksanakan setiap tahun sebagai program prioritas Kementerian Agama yaitu membina kerukunan umat beragama. Menurut Arya, yang juga sebagai penceramah agama, realisasi dalam membina kerukunan umat beragama melalui lima pilar yaitu pemeliharaan, peningkatan, pencegahan, penanganan dan rehabilitasi. Oleh karena konflik yang terjadi di kalangan umat beragama kerap merebak ketika cara pandang kelompok dan kepentingan yang lebih luas tidak sejalan. (08)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar