Serangkaian dengan hari raya Tumpek Wayang, dimana Pura Puseh Desa Pedungan secara rutin melaksanakan Upacara khusus untuk kesenian Gambuh pada hari Saniscara Kajeng Kliwon Wuku Wayang. Besok harinya, Minggu seperti biasanya setiap tahun sekali Sesuhunan Ratu Ayu beserta sekeha Gambuh pedek tangkil ke Pura Dalem Kauh banjar Pejeng Aji di Desa Tegalalag – Gianyar.
Selintas sejarah: Kapan kegiatan tangkil ini dimulai? Mengapa aktivitas ini terjadi hingga saat ini? Menurut keterangan Ketua Sekeha Gambuh I Wayan Sukana, bahwa secara pasti sulit dipastikan kapan mulainya kegiatan tangkilnya Gambuh di Pura Puseh Desa Pedungan ke Pura Dalem Kauh banjar Pejeng Aji di Desa Tegalalag – Gianyar ini. Hanya dapat diperkirakan karena itu sudah terjadi sejak lama (purwa dresta – ini terjadi sejak dulu), mungkin lebih dari 200 tahun yang lalu dengan perkiraan pekaknya I Wayan Sukana menceritakan katanya sudah “nami” (mewarisi) seperti ini menurut pekaknya juga (kakek buyut).
Kenapa ini sampai terjadi? Juga tidak bisa dipastikan karena tidak ada catatan yang tertinggal yang mampu menjelaskan hal ini. Hanya menurut perkiraan pula bahwa ini berkaitan dengan jenis kesenian (tari Gambuh) yang besar kemungkinan datangnya dari Desa Tegalalang, sehingga untuk tidak terjadinya hilangnya hubungan itu maka setiap setahun sekali kegiatan tangkil ini diadakan oleh Pengemong Pura Puseh Desa Pedungan.
Ada beberapa kesenian atau sekeha yang terlibat dalam kegiatan di Pura Dalem Kauh Pejeng Aji, seperti:
- Geguntangan dengan sekeha Arja Negaknya
- Gamelan Selonding milik Desa yang merupakan hadiah dari pihak Puri Peliatan
- Sekeha Gong Desa yang ngaturang ayah setiap Rerahinan seperti saat ini Saniscara 7 Februari 2010
- Sekeha Tari Gambuh Desa Pedungan
Ada yang menarik pada setiap kali mengikuti acara seperti ini, senantiasa ada turis manca negara yang ikut serta dalam upacara ini sekalipun hanya sebagai penonton yang mengamati bagaimana orang Bali melakukan upacara keagamaannya, sekalian juga menikmati kesenian Bali secara gratis. Namun untuk upacara kali ini ada yang khusus, karena saat tampilnya Tarian Gambuh, ada seorang penabuh asing (Jepang) yang aktif dalam meniup seruling Gambuh yang demikian panjangnya. Agak aneh memang, belum pernah wanita Bali yang meniup seruling Gambuh. Iseng menanyakan gadis si peniup seruling Gambuh itu, namanya Masako yang menekuni Gambuh khusus seruling sejak 2 (dua) tahun yang lalu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar